Minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia dan merupakan bahan baku yang penting dan murah untuk pangan olahan yang tidak sehat yang dijual oleh perusahaan-perusahaan makanan multinasional. Produksi minyak sawit meningkat hampir dua kali lipat selama satu dekade terakhir, sebagian besar melalui perluasan perkebunan monokultur berskala besar, yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan. Perkebunan sawit ini dikaitkan dengan deforestasi, perusakan habitat, emisi gas rumah kaca, dan masalah-masalah lain seperti pencemaran sumber air. Perusahaan perkebunan sawit telah dituduh melakukan perampasan tanah dari masyarakat adat dan masyarakat lainnya, kriminalisasi pembela HAM, serta berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan perburuhan.
Dua puluh tahun lalu, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dibentuk untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan menyatukan 'pemangku kepentingan' dari berbagai industri, beserta organisasi-organisasi lingkungan dan sosial. Para pendirinya mengatakan bahwa hal ini akan mencegah perusakan hutan dan memastikan penghormatan terhadap hak-hak pekerja perkebunan, petani kecil dan masyarakat adat. Namun pengalaman selama dua dekade terakhir dengan RSPO menunjukkan bahwa RSPO telah gagal memenuhi tujuannya. RSPO bisa dikatakan telah menjadi sekedar organisasi 'kedok' industri, yang pada dasarnya lebih mementingkan untuk membantu melindungi perusahaan-perusahaan, memasarkan minyak sawit, dan memperluas model industrial monokultur, daripada sebagai sarana untuk memastikan pemenuhan standar yang lebih tinggi.
Lebih buruk lagi, ada banyak kebingungan dan kurangnya kesadaran tentang apa itu RSPO dan apa artinya bagi masyarakat lokal, pekerja dan bahkan perusahaan yang menduduki tanah mereka. Organisasi-organisasi akar rumput dan aliansi internasional, termasuk GRAIN, sepakat untuk mengembangkan materi informasi dan pendidikan untuk membantu para buruh dan masyarakat untuk lebih memahami RSPO. Dokumen ini, "Penjelasan tentang Roundtable on Sustainable Palm Oil", adalah salah satu materi tersebut - sebuah dokumen kolektif, yang diterbitkan oleh GRAIN namun dihasilkan berdasarkan masukan dari berbagai organisasi.